PertempuranBadar (bahasa Arab: غزوة بدر, ghazawāt badr), adalah pertempuran besar pertama antara umat Islam melawan musuh-musuhnya. Perang ini terjadi pada 17 Maret 624 Masehi atau 17 Ramadan 2 Hijriah. Pasukan kecil kaum Muslim yang berjumlah 313 orang bertempur menghadapi pasukan Quraisy dari Mekkah yang berjumlah 1.000 orang. Setelah
Salahsatu lukisan Basuk Abdullah berjudul " Diponegoro memimpin pertempuran " media lukisan cat minyak diatas canvas, ukuran 150cm X 120cm, dibuat tahun 1940 4. HENDRA GUNAWAN ( Bandung 1918 – 1983 ) Hendra Gunawan lahir di Bandung, Jawa Barat pada tahun 1918, dan Wafat di Denpasar, Bali. 17 Juli 1983.
Diceritakanbahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluarga kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara
MeskipunIndonesia kalah dalam Pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Kemerdekaan Indonesia. memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih
Vay Nhanh Fast Money. Uploaded byZidan uchiha 70% found this document useful 10 votes14K views3 pagesDescriptionkritik adalah seniOriginal TitleKRITIK SENI LUKISCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document70% found this document useful 10 votes14K views3 pagesKritik Seni LukisOriginal TitleKRITIK SENI LUKISUploaded byZidan uchiha Descriptionkritik adalah seniFull descriptionJump to Page You are on page 1of 3Search inside document Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
Lukisan terkenal karya pelukis maestro Basuki Abdullah, bernilai sejarah tinggi, dimana lukisan ini menceritakan tentang sengitnya pertempuran Pangeran Diponegoro melawan Belanda. Pangeran Diponegoro dengan gagah berani diatas kuda, mengenakan jubah putih kebesaran, memimpin pertempuran, berlatar belakang kobaran api. Perang Diponegoro berawal ketika pihak Belanda memasang patok di tanah milik Diponegoro di desa Tegalrejo. Saat itu, ia memang sudah muak dengan kelakuan Belanda yang tidak menghargai adat istiadat setempat dan sangat mengeksploitasi rakyat dengan pembebanan pajak. Sikap Diponegoro yang menentang Belanda secara terbuka, mendapat simpati dan dukungan rakyat, selama perang ini kerugian pihak Belanda tidak kurang dari tentara dan 20 juta gulden. Berbagai cara terus diupayakan Belanda untuk menangkap Diponegoro. Bahkan sayembara pun dipergunakan. Hadiah Gulden diberikan kepada siapa saja yang bisa menangkap Diponegoro, hingga akhirnya ditangkap pada 1830. Diponegoro memimpin pertempuran karya Basuki Abdullah, Cat minyak diatas kanvas, 150cm x 120cm
Menarik sekali. Pernah dengar pernyataan bahwa penulisan sejarah itu subjektif, tergantung penulis dan pemerintah siapa yg sedang berkuasa menyangkut kepentingan penguasa ? Mungkin pernyataan tersebut bisa kita lihat pada dua lukisan yang mencoba menggambarkan peristiwa ditangkapnya Pangeran Diponegoro oleh belanda pada tahun 1830 wikipedia. Ceritanya gini, Nicolas Pieneman, pelukis kebangsaan Belanda, lebih dulu bikin lukisan yang menggambarkan peristiwa tersebut. Dalam lukisannya peristiwa tersebut digambarkan seperti ini. Digambarkan posisi berdiri Pangeran Diponegoro, ekspresi dan posisi orang2 Belanda entah Jenderal De Kock tuh yg mana, dan latar tempat seperti ya seperti itu. Lalu entah tahun berapanya, pokonya setelah lukisan Nicolas Pieneman tsb dibuat, Raden Saleh membuat lukisan dengan objek yang “sama”, saingannya ceritanya. Lukisannya seperti ini. Bila kita lihat lebih dalam, kedua lukisan tersebut mencoba menggambarkan peristiwa yg sama, eh tapi ternyata memiliki perang dinginnya sendiri, berikut analisanya yg diambil dari sini. Lukisan Pieneman berjudul De Onderwerping Van Diepo Negoro’ atau Penaklukan Diponegoro’, sementara Raden Saleh memberi judul Die Gefangennahme Diepo Negoros’ atau Penangkapan Diponegoro’. Bagi Raden Saleh, Diponegoro bukanlah seorang pejuang yang dapat ditaklukkan. Dia adalah korban pengkhianatan dan korban tindakan curang dari Belanda. Lukisan Raden Saleh The Arrest of Pangeran Diponegoro’ merupakan karikatur dan bukti dari pahitnya kekuasaan penjajah Belanda. Dalam versi Pieneman, Pangeran Diponegoro ditempatkan satu tingkat lebih rendah dibandingkan de Kock. Saleh menempatkan orang orang Jawa sejajar. Terkait dengan posisi De Kock, Diponegoro berdiri di sebelah kanannya, sedangkan Kepala Komandan Belanda berdiri di sebelah kiri, yang di dalam budaya Jawa disimbolkan sebagai tempat untuk perempuan. Ini juga menunjukkan bahwa pejabat Belanda ini menempati posisi kedua. Dalam versi Raden Saleh, Diponegoro tidak ditunjuk untuk memasuki kereta kuda namun diundang oleh seorang De Kock yang tampak tidak berdaya. Perbedaan mendasar lainnya, pada lukisan Pieneman dan Raden Saleh adalah penafsiran dari dua pelukis yang berbeda yang melihat drama ini dengan cara pandang yang berbeda pula. Sementara Pieneman membuat lukisannya dari arah barat daya, Raden Saleh membuatnya dari arah tenggara. Pieneman memperlihatkan adanya tiupan angin dari barat sering terjadi di Belanda yang membuat bendera Belanda terlihat berkibar secara dinamis. Dalam karya Raden Saleh, cuaca terlihat lebih tenang. Seolah-olah alam semesta menahan nafasnya, tidak ada daun yang bergoyang maupun bendera yang berkibar. Raden Saleh bahkan melupakan adanya bendera Belanda sama sekali. Yang menarik juga adalah perbedaan keadaan Pangeran Diponegoro di kedua lukisan. di milik Pienemaan, Pangeran Diponegoro menggunakan jubahnya sementara di lukisan Raden Saleh, Pengeran Diponegoro melepas jubahnya. hal ini kemudian dapat menggambarkan mitos yang selam ini beredar mengenai kesaktian jubah Pangeran Diponegoro. saat perundingan terjadi, yang tentu di dalam ruangan, maka semua orang harus melepaskan jubah atau pakaian luar. termasuk Pangeran Diponegoro. senjata Pangeran yang satu ini dilucuti, maka menjadi lemah lah beliau dan dengan mudah dapat ditangkap oleh Belanda yang licik yang memanfaatkan karib Pangeran. Data menarik lainnya mengenai lukisan Raden Saleh Penangkapan Diponegoro’ adalah bahwa kepala dari pejabat pejabat Belanda dilukis lebih besar dari ukuran yang seharusnya. Katanya hal ini mencoba menggambarkan perilaku penjajah Belana yang besar kepala, ada juga yg bilang kepalanya digambarkan besar untuk menggambarkan penjajah Belanda sebagai monster. Ya seperti itulah realita “penulisan” sejarah itu, ada kecenderungan “penulisnya” kepada pihak2 terntentu. Kasarnya, bila dulu Belanda berhasil menguasai Indonesia, mungkin lukisan karya Nicolas Pieneman lah yang sekarang disimpan di Museum Istana Jakarta. Nah, sekarang, apakah ada “lukisan2 orang luar” yang beredar di media massa nasional? Apakah juga ada orang yang mengaku sebagai rakyat Indonesia dan sering “memberi nasihat” tentang nasionalisme, yang menjadi “pengagum” “lukisan2 orang luar” ??? Posted in Menarik Sekali Tags belanda, jendral de cock, lukisan, lukisan penangkapan diponegoro, pangeran diponegoro, raden saleh, sejarah, subjektif
Lukisan Diponegoro Memimpin Pertempuran, karya Basoeki Abdullah Sumber Lukisan Arang Pangeran Diponegoro, karya Adrianus Johanes BikSumber Lukisan De onderwerping van Diepo Negoro aan luitenantgeneraal baron De Kock Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada Letnan Jenderal De Kock, karya Nicolas PienemanSumber Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro, karya Raden SalehSumber Lukisan Babad Kedung Kebo, peristiwa penamparan selop Patih Danurejo III oleh Pangeran Diponegoro, akibat penyalahgunaan wewenang & korupsi penyewaan tanah Kraton YogyakartaSumber Sisi Lain Diponegoro, Babad Kedung Kebo dan Historiografi Perang Jawa, Peter Carey, Kepustakaan Populer Gramedia, hal 17 Wayang Kulit BPH Diponegoro &kuda kesayangan, Kyai Gentayu Lukisan Babad Kedung Kebo, peristiwa pertempuran/penyerbuan Belanda ke nDalem Tegalrejo,kediaman Pangeran Sisi Lain Diponegoro, Babad Kedung Kebo dan Historiografi Perang Jawa, Peter Carey,Kepustakaan Populer Gramedia, hal 160-161 Lukisan Pasukan Kita yang Dipimpin Pangeran Diponegoro, karya S. Patung Diponegoro, Alun-Alun Magelang, Jawa TengahSumber Patung Diponegoro, Area Monumen NasionalMonas JakartaSumber Taman Diponegoro, Menteng, JakartaSumber Twitter waxhaus Patung Diponegoro, Goa Selarong, Bantul, DIYSumber Sumber Judul Begraafplaats met het graf van Diponegoro in Makassar circa 1930 Keterangan pemakaman dengan latar belakang pusara BPH Diponegoro dan Retnaningsih di Makassar sekitar tahun 1930.
lukisan diponegoro memimpin pertempuran